Suku To Balo (KABUPATEN BARRU)
Konon, dulu ada satu keluarga yang usil mengusik dua kuda belang jantan
dan betina yang sedang kawin. Atas keusilan mereka itu, dewa pun marah
dan mengutuk satu keluarga itu sehingga kulit tubuh mereka menjadi
belang.
Karena malu kulit tubuh mereka belang, satu keluarga itu pun memilih untuk hidup terpencil di lereng gunung, jauh dari keramaian. Mereka berkembang biak di situ, membentuk komunitas yang memiliki budaya sendiri dan bahasa sendiri, disebut bahasa bentong.
Komunitas itu kemudian disebut To Balo dalam bahasa Bugis, yang berarti orang belang.
To Balo bermukim di desa Bulo-bulo, Kecamatan Pujananting, puluhan kilometer jaraknya dari kota Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Desa Bulo-bulo berada di lereng gunung Pao (bulu Pao) yang membentang antara wilayah Kabupaten Barru dan Kabupaten Pangkep.
Ciri khas To Balo memang terletak pada kulit tubuh mereka yang belang bewarna putih. Belang itu terdapat di kaki, badan, dan di dahi. Belang di dahi cukup unik karena bebentuk segitiga menyerupai Avatar.
Secara medis, belang pada kulit tubuh To Balo bukanlah kelainan melainkan pembawaan gen. Kalau mereka kawin sesama maka keturunannya juga akan belang, tapi kalau mereka kawin bukan sesama maka keturunannya ada kemungkinan tidak belang. Dan fakta sudah membuktikan, banyak To Balo yang menikah dengan orang luar, kulit tubuh keturunanya tidak belang.
Kini, To Balo masih eksis dengan komunitas kehidupan mereka. Jumlah mereka semakin sedikit. Mereka memang punya kepercayaan bahwa jumlah satu keluarga harus terdiri hanya dari 10 orang. Kalau lebih maka akan dibunuh atau dibuang ke tempat tertentu.
To Balo mencari penghidupan dari alam di lereng gunung dengan berkebun dan menjual hasil kebunnya. Banyak dari mereka yang telah berbaur dengan orang lain melalui pernikahan
Karena malu kulit tubuh mereka belang, satu keluarga itu pun memilih untuk hidup terpencil di lereng gunung, jauh dari keramaian. Mereka berkembang biak di situ, membentuk komunitas yang memiliki budaya sendiri dan bahasa sendiri, disebut bahasa bentong.
Komunitas itu kemudian disebut To Balo dalam bahasa Bugis, yang berarti orang belang.
To Balo bermukim di desa Bulo-bulo, Kecamatan Pujananting, puluhan kilometer jaraknya dari kota Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Desa Bulo-bulo berada di lereng gunung Pao (bulu Pao) yang membentang antara wilayah Kabupaten Barru dan Kabupaten Pangkep.
Ciri khas To Balo memang terletak pada kulit tubuh mereka yang belang bewarna putih. Belang itu terdapat di kaki, badan, dan di dahi. Belang di dahi cukup unik karena bebentuk segitiga menyerupai Avatar.
Secara medis, belang pada kulit tubuh To Balo bukanlah kelainan melainkan pembawaan gen. Kalau mereka kawin sesama maka keturunannya juga akan belang, tapi kalau mereka kawin bukan sesama maka keturunannya ada kemungkinan tidak belang. Dan fakta sudah membuktikan, banyak To Balo yang menikah dengan orang luar, kulit tubuh keturunanya tidak belang.
Kini, To Balo masih eksis dengan komunitas kehidupan mereka. Jumlah mereka semakin sedikit. Mereka memang punya kepercayaan bahwa jumlah satu keluarga harus terdiri hanya dari 10 orang. Kalau lebih maka akan dibunuh atau dibuang ke tempat tertentu.
To Balo mencari penghidupan dari alam di lereng gunung dengan berkebun dan menjual hasil kebunnya. Banyak dari mereka yang telah berbaur dengan orang lain melalui pernikahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar