Yabelale, Paseng Riati Orang Bugis Masa Lalu
Budaya berhubungan erat dan memengaruhi
pola asuh sebagian masyarakat. Di kalangan Bugis contohnya, tradisi
menidurkan bisa menjadi tak lazim bagi sebagian orang, ketika melihat
seorang anak tidur dalam posisi duduk di dalam ayunan ditambah leher
terikat dengan kain. Dan, uniknya, si kecil tetap tidur lelap tanpa
merasa terganggu dengan kondisi tersebut.
Pada dasarnya fungsi mengayun adalah untuk membuat anak lebih nyaman
dalam buaian. Dalam kondisi tidur dengan ayunan anak bisa menjadi
nyenyak atau bahkan lebih pulas. Ditambah lagi dengan menggunakan kain
membuat anak lebih nyaman dan dingin.
Di kalangan Bugis Bone, jika mengayunkan anak biasanya pada posisi
horizontal. Namun bisa saja jika anak tidur dalam posisi vertikal duduk,
sehingga pada kondisi tersebut alat bantu diperlukan untuk membuat anak
tetap aman di dalam ayunan. Mengingat badan bayi atau anak pada kondisi
agar tidak terjatuh ketika terlelap, serta tentu tidak terlalu erat dan
mencekik anak.
Namun, menurut tetua Bugis Nene’ Biba ketika menggunakan metode
seperti ini, yang pertama adalah ibu harus memerhatikan usia buah hati.
Minimal anak berusia empat bulan atau ketika sudah bisa menopang
kepalanya dengan baik. Lebih baik lagi ketika anak berusia delapan
bulan. Dan, yang pas adalah ketika anak sudah bisa duduk.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada ketahanan si buyung ketika
menahan tubuhnya saat tidur. Juga, demi menghindari cedera sekaligus
mempertimbangkan kekuatan menyangga leher. Selain itu perhatikan juga
ritme ayunan, diselaraskan dengan tarikan napas bayi atau anak. Tidak
terlalu kencang ataupun terlalu lambat.
Menurut Nene’ Biba, Mengayunkan anak juga tidak boleh ketika sehabis
makan atau minum. Ini untuk menghindari anak muntah (callengnge) bahkan
tersedak. Karena itu harus diperhatikan kondisi buah hati sebelum
diayun. Pengawasan dilakukan tidak saja ketika bayi terjaga akan tetapi
harus melakukannya juga ketika bayi tertidur. Pada suatu kondisi
tertentu bayi mungkin akan mengalami tidur gelisah yang ditandai dengan
tidak nyaman dengan posisi tidurnya, bayi cenderung berguling guling,
napas tidak teratur dan tubuh cenderung tegang.
Menurut Nene’ Biba, Dulu semasa kecilku beliau sering menidurkan aku
disertai lantunan lagu ninabobok (Yabelale). Dalam bahasa Bugis Bone
lagu untuk menidurkan anak dinamakan Yabelale. Contoh lagu Yabelale
antara lain Ininnawa Sabbarae, dan Paseng Riati. Sang ibu terkadang
menyanyi sambil terkantuk-kantuk demi sang anak atau bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar